Gabriel Han Willhoft-King: Perjalanan Menuju Oxford Setelah Menepi dari Mimpi Timnas Indonesia

Bagikan

Kisah Gabriel Han Willhoft-King sempat menjadi sorotan ketika ia hampir memperkuat Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2023. Pemain kelahiran London itu sebenarnya memenuhi sebagian unsur keturunan, sebab ayahnya besar di Jakarta dan ibunya memiliki darah China-Amerika. Namun, peluang itu kandas karena ia tidak memiliki paspor Indonesia.

Gabriel-Han-Willhoft-King-Perjalanan-Menuju-Oxford-Setelah-Menepi-dari-Mimpi-Timnas-Indonesia

PSSI sebenarnya memiliki opsi untuk melakukan naturalisasi, namun waktu yang sangat mepet menjelang turnamen membuat proses itu sulit direalisasikan. Akibatnya, Willhoft-King batal bergabung dan fokus melanjutkan perjalanannya di Eropa. Meski begitu, minat Indonesia terhadapnya menunjukkan betapa besar potensi dirinya sebagai pesepakbola muda.

tebak skor hadiah pulsa 100k  

Saat itu, namanya tidak asing di dunia akademi Inggris karena ia pernah menimba ilmu di Tottenham Hotspur dan Manchester City. Ia bahkan beberapa kali terlibat dalam latihan tim utama Spurs di bawah Antonio Conte, menunjukkan betapa tingginya level permainan yang pernah ia capai.

AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!

aplikasi shotsgoal  

Cedera yang Mengubah Arah Karier

Karier Gabriel Han Willhoft-King mulai mengalami kendala ketika ia cedera pada tahun pertama masa beasiswa di Spurs pada 2022. Cedera lanjutan di tahun kedua semakin menghambat perkembangannya dan membuatnya memikirkan arah hidup di luar sepak bola. Pada fase inilah ia mulai mempertimbangkan bangku kuliah.

Kedekatan dengan dunia akademis memang bukan hal baru baginya. Ayahnya merupakan mantan dosen, sementara ibunya berprofesi sebagai arsitek. Ia juga memiliki rekam jejak akademis cemerlang, dengan nilai A* untuk matematika dan ekonomi serta A untuk sejarah. Kombinasi faktor ini membuat jalur pendidikan tinggi menjadi pilihan yang semakin kuat.

Pada 2025, ia memutuskan menerima tawaran untuk kuliah di University of California, Los Angeles, sembari tetap berharap bisa bermain di MLS. Sebelum mulai kuliah, ia sempat dikontrak enam bulan oleh FC Cincinnati 2 untuk menguji kemampuannya di lapangan.

Baca Juga: Man United Setuju Melepas Striker Zirkzee ke AS Roma

Kesempatan Terakhir dari Manchester City

Kesempatan-Terakhir-dari-Manchester-City

Ketika menjalani masa pendek di Amerika Serikat, Manchester City datang dengan tawaran kontrak setahun plus opsi perpanjangan. Ia pun menerima kesempatan itu. “Saya selalu berpikir: ‘Bagaimana jika saya mengambil kesempatan itu?’ Sekarang saya sudah mendapatkannya,” ujarnya kepada The Guardian.

Di Man City U-21, Willhoft-King bahkan sempat ditarik untuk berlatih bersama tim utama asuhan Pep Guardiola. Namun nasib berkata lain; cedera kembali menghantamnya. Ketika akhirnya pulih, ia sadar peluangnya untuk menembus skuad utama semakin menipis.

Ia pun mulai merasakan bahwa dirinya semakin kurang menikmati kehidupan sebagai pesepakbola profesional. Rutinitas yang mengharuskannya terus beristirahat dan menjaga kondisi membuatnya merasa kehilangan ruang untuk menjelajahi hal lain yang ia sukai.

Akhir Karier Dini dan Awal Baru di Oxford

Keputusan besar pun diambil: ia meninggalkan dunia sepak bola profesional. Tahun ini, ia diterima di Oxford University jurusan hukum. Ia masih bermain bola, tetapi hanya di level non-profesional.

“Saya selalu merasa kurang terstimulasi di sepak bola. Saya masih menyukainya, tapi saya merasa bisa berbuat lebih banyak,” katanya. Kebutuhan akan tantangan intelektual menjadi dorongan utama keputusan tersebut.

Kini, Willhoft-King melihat masa depan yang lebih panjang melalui pendidikan. “Saya pikir kuliah akan menyediakan platform bagi saya untuk melakukan sesuatu setidaknya lebih lama dari 10–15 tahun ke depan,” ujarnya, menutup babak penting dalam hidupnya dan membuka yang baru dengan penuh keyakinan. Simak terus pembahasan sepak bola terupdate lainnya hanya di footballroar.com.